Minggu, Mei 5, 2024
BerandaBeritaUNPAD: Gencarkan Penerapan Pariwisata Berkelanjutan

UNPAD: Gencarkan Penerapan Pariwisata Berkelanjutan

DESTINASI BANDUNG– UNPAD: Gencarkan Penerapan Pariwisata Berkelanjutan.

Sektor pariwisata Indonesia seperti halnya dunia telah terpuruk akibat pandemic COVID-19, dalam masa pandemi para pelaku khususnya pengelola daya tarik wisata, desa wisata didorong untuk melakukan pembenahan dari berbagai sisi.

Sejalan dengan itu maka dalam rangka memperingati hari Pariwisata Dunia tanggal 27 September 2021, Magister Pariwisata UNPAD menggelar serangkaian kegiatan diantaranya Webinar satu hari yang terbagi dalam dua sesi.

Magister Pariwisata UNPAD menggelar serangkaian kegiatan diantaranya Webinar satu hari yang terbagi dalam dua sesi
Dalam sesi pagi dengan tema inspirasi dari desa untuk Indonesia yang menampilkan para champion dari desa wisata di Raja Ampat, Rinjani-Lombok dan Gunung Kidul-Jogyakarta.

Sedangkan sesi sore hari membahas Mural sebagai salah satu potensi untuk turut membangkitkan pariwisata kota Bandung.

Dekan Magister UNPAD, Dr.med Setiawan dr. dalam pembukaan kegiatan ini menyambut baik inisiatif mahasiswa magister pariwisata berkelanjutan dan menekankan pentingnya mahasiswa untuk terus berinovasi, berkolaborasi dengan berbagai pihak.

Baik itu dari para ahli, praktisi dan pemerintah daerah untuk berkontribusi dalam upaya kebangkitan Pariwisata Indonesia.

Kaprodi Magister Pariwisata Berkelanjutan UNPAD, Dr. Evi Novianti.,M.Si menekankan pentingnya penerapan pariwisata berkelanjutan.
Sementara itu Kaprodi Magister Pariwisata Berkelanjutan UNPAD, Dr. Evi Novianti.,M.Si juga menekankan pentingnya penerapan pariwisata berkelanjutan.

Pandemi menurut Dr. Evi telah membuka mata banyak pihak, khususnya para pelaku pariwisata bahwa pengembangan pariwisata tidak hanya berorientasi pada ekonomi semata.

Namun perlu menyeimbangkan dengan lingkungan dan sosial.

“Pengelola harus mampu meminilkan dampak negated dari kegiatan pariwisata dan memaksimalkan manfaat dari sektor ini, “ujar Evi.

Tiga pembicara dalam sesi Inspirasi dari desa untuk Indonesia, menunjukkan bahwa jika dikelola dengan baik, seperti yang diutarakan oleh Sugeng Handoko dari kawasan ekowisata Gunung Api Purba Nglanggeran, maupun Ghita Anathasia dari desa wisata Arborek serta Denda Katni dari desa wisata Senaru, maka masyarakat mampu mengelola sumber daya pariwisata mereka secara berkelanjutan.

“Hal hal seperti ini yang perlu terus digencarkan dan dibutuhkan Indonesia, UNPAD siap bersinergi dengan berbagai pihak, “kata Evi.

Dalam diskusi yang dipandu Dinda Imelda, mahasiswa magister pariwisata tahun 2021 telah menarik perhatian banyak kalangan baik dari pemerintah, LSM, kelompok sadar wisata, BUMDesa dari berbagai daerah di Indonesia.

Sebanyak 160 peserta aktif mengajukan pertanyaan selama webinar berlangsung.

Ke tiga pembicara membagi pengalamannya tentang bagaimana mereka melibatkan masyarakat, pemuda di desa dalam pengembangan pariwisata.

Sugeng Handoko menegaskan pentingnya mencari musuh bersama.

“Dalam hal ini kami menetapkan kemiskinan dan lahan tandus menjadi musuh bersama, yang kemudian kami membangun visi bersama sebagai upaya untuk mengubah kondisi itu, “kata Handoko.

Menurut Handoko, pariwisata itu salah satu yang kami lihat berpotensi menjadi solusi.

Awalnya banyak penolakan masyarakat, akan tetapi kami gunakan anak muda untuk memberi pengaruh pada keluarga, sehingga secara perlahan dapat diterima.

“Proses membutuhkan waktu, namun hasil juga tidak membohongi. Kami pernah mencapai 325 ribu pengunjung per tahun dan kurang bahagia juga, karena banyak dampak seperti coret coret, berisik dan sebagainya, “katanya.

Lebih lanjut Handoko mengatakan, atas kerjasama dengan banyak pihak termasuk Indecon yang mendorong untuk melakukan perubahan, tahun 2019 kami berhasil hanya mengelola 103 ribu pengunjung, tapi omset kami naik dari 1,4 miliar menjadi 3,2 miliar.

“Kamipun kini melibatkan banyak sektor, pertanian, peternakan, perkebunan untuk pengembangan produk dan daya tarik wisata, ”
Katanya.

Sementara itu Ghita menceritakan tantangan yang dihadapi, perlu sabar dan juga konsisten dalam membangun pariwisata di kampung Arborek.

“Namun mereka memiliki kekuatan gotong royong dan sering berkumpul berkomunikasi dengan bahasa sederhana, guna menghindari kecemburuan masyarakat, ” ujarnya.

Lebih lanjut Gita mengatakan, ada masyarakat yang cukup aktif kami jadikan champion dan mengajarkan anak anak, karena mereka generasi berikutnya yang harus tau bagaimana mengelola aset alam dan budaya untuk pariwisata.

“Masyarakat itu mampu melakukan perubahan kearah pengelolaan berkelanjutan, memang diperlukan pendampingan yang baik, “katanya.

Sementara Denda Katni, ketua asosiasi pemandu Wanita Senaru, banyak memberikan inspirasi.

Liputan media tentang dirinya dari luar negeri dan pembuatan film dokumenter tentang adat bersama artis terkenal, telah memberikan kontribusi besar pada popularitas gunung Rinjani.

Katni menegaskan bahwa perempuan berperan penting dalam kebangkitan pariwisata semasa Pandemi ini.

“Kami masih membawa tamu untuk tur keliling desa, dengan tema “panorama walk”, ini bagian strategi kami sebelum Pandemi, sehingga kami tidak bergantung seluruhnya hanya pada pendakian, sehingga kami lebih bertahan dibandingkan pemandu yang mengandalkan pendakian saja, “katanya.

Lebih lanjut Katni mengatakan, pihaknyajuga mengalihkan women guide untuk mengembangkan produk hasil tani maupun cinderamata termasuk tenun.

“Desa membantu kami membuat festival produk desa, guna menjaga semangat kami dari kelesuan wisata, “katanya.

Dalam ekowisata dikenal sebagai Community Based Ecotourism (CBeT) atau ekowisata berbasis masyarakat diartikan kegiatan ekowisata yang dimiliki, dioperasikan, dikelola dan dikoordinasikan oleh masyarakat.

CBeT bertujuan untuk berkontribusi pada kesejahteraan masyarakat dengan cara mendukung perikehidupan yang berkelanjutan dan melindungi tradisi sosial budaya yang bernilai, peninggalan sejarah serta sumber daya alam.

RELATED ARTICLES

Most Popular