Minggu, Mei 5, 2024
BerandaBeritaRangkaian Kegiatan Dies Natalis Ke-62 Fikom Unpad Webinar Series 1: Media Digital...

Rangkaian Kegiatan Dies Natalis Ke-62 Fikom Unpad Webinar Series 1: Media Digital dan Implikasinya terhadap Perubahan Sosial

DESTINASI BANDUNG – Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran menyelenggarakan Webinar yang bertajuk “Media Digital dan Implikasinya terhadap Perubahan Sosial” secara daring melalui Zoom Meeting pada Kamis, 4 Agustus 2022 mulai pukul 09.00 WIB.

Kegiatan Webinar yang bertajuk “Media Digital dan Implikasinya terhadap Perubahan Sosial” ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan Dies Natalis Ke-62 Fikom Unpad pada 18 September 2022 yang menghadirkan Prof. Dr. Eni Maryani, M.Si. dan Novi Kurnia, Ph.D sebagai pembicara.

Dekan Fikom Unpad, Dr. Dadang Rahmat Hidayat, S.H., S.Sos., M.Si. dalam sambutannya menyampaikan bahwa perkembangan teknologi dan juga digitalisasi di dalam bidang Ilmu Komunikasi sendiri masih cenderung baru, oleh sebab itu perlu adanya pemahaman lebih lanjut mengenai media digital, khususnya mengenai isu literasi digital terhadap perubahan sosial.

Baca Juga:Fikom Unpad dan STKIP Pasundan Gelar Workshop Sports Branding: Publikasi Riset Olahraga Melalui Platform Digital

“Digitalisasi ini juga bicara soal akses, bicara soal keadilan”. Menurut beliau, dengan keberagaman masyarakat Indonesia, literasi digital ataupun literasi media yang masih tidak merata ini akan berpotensi memunculkan konflik seperti degradasi sosial, serta aspek-aspek psikologis terhadap individu, kelompok/komunitas, bahkan bangsa.

Webinar yang dimoderatori oleh Justito Adiprasetio, MA. ini dimulai dengan pemaparan materi “Media Digital dan Ruang Publik” oleh Prof. Dr. Eni Maryani, M.Si. Dalam pemaparannya, beliau menekankan bahwa media digital di Indonesia sendiri sudah bisa mencakup hampir seluruh masyarakat Indonesia dari daerah barat ke timur, namun kebanyakan opinion leader yang menyebarluaskan konten di media sosial masih belum memiliki kompetensi atau kredibilitas untuk bisa memaparkan informasi terhadap khalayak pengikutnya.

Selain itu, penting bagi kita untuk memahami bahwasanya kebanyakan terpaan informasi di media digital itu sudah disesuaikan dengan algoritma yang relatif sejalan dengan pemikiran khalayak digital, sehingga dapat menimbulkan polarisasi yang menyebabkan para khalayak media digital ini sulit untuk bisa menerima pandangan orang lain di dalam ruang publik itu sendiri.

Baca Juga:Harga Tiket Masuk Terbaru Gunung Tangkuban Perahu Tahun 2022, Tempat Wisata Bandung Paling Favorit Cocok Liburan Bareng Keluarga

Beliau juga menyatakan bahwa tantangan pada ruang publik di media digital akan muncul ketika peraturan yang merugikan khalayak dibuat. “Kalau saya berpendapat, aturan itu memang diperlukan. Akan tetapi, menurut saya, dalam konteks keberadaan peraturan itu perlu ada pengawasan, baik kepada para pelaku usaha dan juga pemerintah” ucapnya.

Hal ini diartikan bahwa peraturan terkait khayalak digital seharusnya memang bisa meminimalisasi dampak buruk, bukan malah menimbulkan kekhawatiran seperti munculnya upaya pembungkaman kritik, pelanggaran privasi, dan dominasi konten. Oleh karena itu diperlukan adanya transparansi dan keterbukaan proses penyusunan peraturan tersebut terhadap masyarakat sipil.

Selanjutnya, materi dengan topik “Literasi Digital sebagai Gerakan Sosial: Menuju Ruang Digital Aman & Inklusif” dipaparkan oleh Novi Kurnia, Ph.D. Pada pemaparannya tersebut, beliau menyampaikan bahwa kemanan digital adalah sebuah proses untuk memastikan penggunaan layanan digital, baik secara daring ataupun luring agar dapat dilakukan secara aman. Tidak hanya mengamankan data yg kita miliki, namun juga mengamankan data pribadi yang sifatnya rahasia.

Beliau juga memaparkan bahwa gerakan literasi digital di Indonesia masih belum begitu kuat sinergi atau kolaborasinya di antara aktor. Sejauh ini, mitra yang paling berpengaruh dalam gerakan literasi digital adalah sekolah seperti SD, SLTP, dan SLTA. “Ada 4 pilar penting untuk membantah mitos bahwa ‘tidak gaptek itu ter-literate’ enggak, karna nggak cukup keterampilan saja tetapi juga butuh kesadaran menjadi warga negara di dalam ruang digital. Kemudian juga menjadi anggota masyarakat yang etis dan juga aman” sebutnya.

Baca Juga:10 Wisata di Ciwidey Bandung Cocok untuk Healing di Akhir Pekan Bersama Keluarga

Empat pilar penting tersebut adalah Digital Skill (Cakap Bermedia Digital), Digital Culture (Budaya Bermedia Digital), Digital Ethics (Etis Bermedia Digital), Digital Safety (Aman Bermedia Digital).

Webinar ditutup dengan closing statement dari pembicara yang memaparkan bahwa pilar-pilar tersebut ada sebagai pendukung gerakan literasi digital yang berperan sebagai salah satu cara menjalankan transformasi digital agar khalayak tidak hanya familiar dengan penggunaan teknis digital, namun juga sadar, etis, dan berbudaya.

RELATED ARTICLES

Most Popular