Jumat, Mei 10, 2024
BerandaBeritaAirborne.bdg Landmark Baru di Bandung, Kota Desain UNESCO

Airborne.bdg Landmark Baru di Bandung, Kota Desain UNESCO

Destinasi Bandung –Airborne.bdg
Landmark Baru di Bandung, Kota Desain UNESCO
. Salah satu komitmen Bandung sebagai anggota Jejaring Kota Kreatif UNESCO (UNESCO Creative Cities Network/ UCCN) dalam bidang Desain, sejak tergabung pada tanggal 11 Desember 2015, adalah memiliki penanda baru di Kota Bandung yang dapat menjadi ekspresi semangat, karakteristik, dan potensi kreativitas warganya.

Ungkapan Wali Kota Bandung Ridwan Kamil, bahwa Kekuatan kreativitas Bandung adalah pada kemampuan warganya untuk memecahkan masalah, juga dengan memanfaatkan kolaborasi dengan berbagai pihak. Diperkuat oleh Fiki Satari, ketua tim manajemen dossier Bandung untuk UCCN, yang kini juga menjabat sebagai Ketua Indonesia Creative Cities Network (ICCN) dan Ketua Karang Taruna Kota Bandung.

“Diterimanya Bandung dalam UCCN untuk bergabung dengan Kota-kota Desain lain seperti Helsinki, Berlin, Montreal, Bilbao, St.Etienne, dan lain-lain, menunjukkan bahwa UNESCO menghargai sudut pandang ‘Desain’ yang diambil oleh Bandung,” ujarnya.

“Yaitu ‘Desain’ yang mengacu pada berbagai inisiatif dan upaya warga dan komunitas Bandung untuk menerapkan solusi bagi berbagai persoalan kota, termasuk inovasi dan rekayasa sosial”. Landmark yang telah dirancang sejak tahun 2016 ini berupa huruf .bdg yang dilukis di permukaan genteng sekitar 132 rumah warga Linggawastu dan Pulosari, dekat jalan layang Pasupati, dan hanya dapat dilihat secara utuh dan menyeluruh dari ketinggian 40 meter.

“Kami menyebut landmark baru ini Airborne.bdg, dengan analogi bahwa yang terbawa dan tersebar melalui udara adalah semangat memanfaatkan kreativitas untuk solusi yang bersifat bottom-up melalui inisiatif warga dan komunitas”, jelas Tita Larasati, Ketua Komite Ekonomi Kreatif Kota Bandung, juga baru-baru ini terpilih sebagai Ketua Bandung Creative City Forum (BCCF) periode 2017-2021.

Airborne.bdg bukanlah sekedar landmark, atau cat berwarna-warni yang ditorehkan pada permukaan bangunan.

Proses pengerjaan pengecatan mungkin dilakukan hanya dalam durasi sekitar 1 bulan, tapi proses dialog dan interaksi dengan warga Linggawastu, dengan hasil nyata bagi perbaikan lingkungan, telah terbangun sejak sekitar tahun 2014, dan terus berlanjut. Interaksi ini dimulai dengan proses pemetaan dan kajian yang dilakukan oleh BCCF

melalui Program Kampung Kreatif dengan koordinator Shinta S. Putri, yang juga anggota Komite Ekonomi Kreatif Kota Bandung, yang terus mengawal program ini hingga terselesaikannya Airborne.bdg. Program Kampung Kreatif Linggawastu mengidentifikasi komunitas lokal, serta berbagai isu lingkungan dan sosial, karakteristik serta potensi wilayah tersebut. Proses ini dilanjutkan dengan penyelenggaraan beragam aktivitas bagi warga Linggawastu dan Pulosari, seperti pelatihan wirausaha dan pengembangan produk bagi Bank Sampah Sabilulungan, program Simpul Goes to Kampung (aktivitas pendidikan kreatif berbasis design thinking bagi anak-anak dan remaja), serta Riverplay, yang merupakan rencana pengembangan kawasan wisata di Cikapundung yang mencakup juga desain fasilitas publik, mural, urban game, dan sebagainya.

Pada akhirnya, Airborne.bdg bukan hanya sekedar visualisasi atau simbol sebuah kreativitas belaka; namun lebih dari itu, ia adalah merupakan sebuah jejak fisik dari berbagai kegiatan yang memanfaatkan potensi kreativitas sebagai salah satu cara menemukan solusi inovatif dengan dampak nyata bagi beragam isu lokal, melalui inisiatif warga dan komunitas.

Diharapkan, landmark baru ini dapat selalu menjadi pengingat bagi warga dan seluruh stakeholders Kota Bandung, untuk selalu menjaga semangat kolaborasi dan dampak positifnya, dengan kesadaran terhadap potensi kreatif warga.

RELATED ARTICLES

Most Popular