Selasa, Mei 7, 2024
BerandaEvent & PromoUttiek M. Panji Astuti Luncurkan Buku Journey to The Light, Catatan Karya...

Uttiek M. Panji Astuti Luncurkan Buku Journey to The Light, Catatan Karya Perjalanannya Menyusuri Jejak Kejayaan Keilmuan Islam di Tiga Benua

DESTINASI BANDUNG – Uttiek M. Panji Astuti Luncurkan Buku Journey to The Light, Catatan Karya Perjalanannya Menyusuri Jejak Kejayaan Keilmuan Islam di Tiga Benua

Uttiek M. Panji Astuti seorang Jurnalis dan Islamic Travel Writer kembali menghadirkan buku dengan judul Journey to The Light, Menyusuri jejak kejayaan keilmuan Islam di Tiga Benua.

Buku Journey to The Light, Menyusuri Jejak Kejayaan Keilmuan Islam di Tiga Benua ini merupakan buku ke-6 karya Uttiek M. Panji Astuti, sekaligus waqaf literasi ketiganya.

Baca Juga:Rengganis Suspension Bridge, Tempat Wisata Ciwidey yang Lagi Viral, Nikmati Petualangan Naik Jembatan Gantung Terpanjang di Asia Tenggara

Di mana seluruh royalti dari penjualan buku Journey to The Light, Menyusuri Jejak Kejayaan Keilmuan Islam di Tiga Benua ini akan diwaqafkan oleh Uttiek M Panji Astuti untuk mahasiswa Indonesia yang tengah studi di Universitas Al Azhar, Mesir, melalui Lazismu Mesir.

Buku Journey to The Light berisi perjalanannya menyusuri tiga benua, Eropa, Afrika dan Asia.

Uttiek menuliskan 10 madrasah luar biasa di masa kejayaan Islam yang beberapa di antaranya masih berdiri kokoh hingga hari ini.

Menurut Uttiek, buku Journey to The Light berisi perjalanannya menyusuri tiga benua, Eropa, Afrika dan Asia.

“Kalaulah sebuah peradaban meninggalkan jejak berupa istana yang megah, taman yang indah, itu tak benar-benar istimewa,”katanya.

Baca Juga:Nimo Highland, Tempat Wisata Baru Paling Hits di Pangalengan Layaknya di Santorini, Ini Harga Tiketnya

Namun bila jejak yang ditinggalkan adalah madrasah yang luar biasa, tambah Uttiek maka bisa dipastikan tingginya narasi peradaban yang dituliskan.

“Saat menyusuri jejak peradaban Islam, saya begitu menikmati persinggahan ke madrasah. Institusi pendidikan yang menjadi bukti lekatnya Islam dengan ilmu pengetahuan,”ujar Uttiek.

Pada masa itu menurut Uttiek, madrasah bukan sekadar institusi pendidikan dasar, seperti yang dikenal hari ini, namun sampai ke jenjang perguruan tinggi yang menawarkan gelar kesarjanaan.

“Saya terpekur takzim di depan Jami’ah Al Qarawiyyin atau Universitas Al Qarawiyyin, Fez, Maroko. Bukan karena intitusi pendidikan Islam itu tercatat sebagai universitas tertua di dunia, yang didirikan satu abad sebelum Universitas Al Azhar, Kairo dan tiga abad sebelum Universitas Oxford di Inggris,”tuturnya.

Baca Juga:15 Tempat Wisata di Ciwidey Bandung Paling Banyak Dikunjungi Wisatawan Untuk Liburan Bersama Keluarga

Lebih dari itu,lanjut Uttiek, universitas ini didirikan oleh seorang Muslimah bernama Fatimah Al Fikhri, di tahun 859 M, jauh sebelum Shalahuddin Al Ayyubi berhasil membebaskan Baitul Maqdis! .

“Saya mentasbihkan rasa hormat melihat menara-menara Masjid Al Azhar, Kairo, yang menjulang. Menyusuri selasarnya membuat hati saya bergetar.”bebernya.

Barangkali di sudut itu dulu Sang Pahlawan Shalahuddin Al Ayyubi pernah membenamkan rukuk dan sujud panjangnya sebelum memimpin pasukan membebaskan Baitul Maqdis.

Seperti inikah dulu halaqah Imam Suyuthi? Ahli hadist yang mendedikasikan hidupnya untuk belajar dan mengajar di institusi pendidikan yang terhormat ini.

Baca Juga:Restoran Tian Jing Lou InterContinental Bandung Dago Pakar Kembali Hadirkan Makan Malam dengan Konsep Prasmanan dan Family Style

Lebih lanjut Uttiek menceritakan bahwa perjalanan menyusuri madrasah-madrasah pada masa kejayaan Islam di tiga benua ini bukanlah perjalanan biasa.

“Dari Madinah tempat berawal sejarah, saya meneruskan langkah ke Baitul Maqdis yang disesaki dengan banyak madrasah. Di tempat yang hari-hari ini dinista para zionis, dulunya adalah majelis-majelis ilmu yang tak terhitung banyaknya,”katanya.

Sementara itu di Cordoba dirinya harus menyaksikan luka.

“Di Bukhara saya tertegun sebagaimana Gengis Khan yang tercengang menyaksikan Kalyan Minaret yang berdiri kokoh di depan Madrasah Mir-i-Arab,”katanya.

Seperti apa kondisi madrasah-madrasah itu saat ini? Mari saya temani menapaktilasi, memunguti hikmah yang berserak di sepanjang madrasah yang saya singgahi.

Baca Juga:Bingung Liburan ke Bandung? Inilah Rekomendasi 30 Tempat Wisata Bandung Terbaru Tahun 2022, Cocok Healing Bareng Keluarga dan Bestie

Uttiek mengaku bahwa buku Journey to The Light bukanlah perjalanan biasa, dirinya sengaja menyusuri jejak -jejak cahaya ilmu yang pernah berpendar dan terus menggemakan peradaban islam di berbagai dunia.

Buku Journey to The Light dengan tebal 120 halaman wajib dikoleksi bagi yang ingin mengetahui sejarah pendidikan Islam dengan dilengkapi foto-foto dan desain yang berwarna.

RELATED ARTICLES

Most Popular