Senin, Mei 6, 2024
BerandaEvent & PromoPopulasi Burung Blekok Terus Berkurang di Kampung Rancabayawak, Sungsang Suprapto Gelar Pameran...

Populasi Burung Blekok Terus Berkurang di Kampung Rancabayawak, Sungsang Suprapto Gelar Pameran Fotografi Burung Blekok di Herbal House by The Lodge

DESTINASI BANDUNG-Populasi Burung Blekok Terus Berkurang di Kampung Rancabayawak, Sungsang Suprapto Gelar Pameran Fotografi Burung Blekok di Herbal House by The Lodge. Berawal dari keprihatinan dengan terus menurunnya populasi habitat burung kuntul (Bubulcus Ibis) dan burung blekok (Ardeola speciosa) di Kampung Rancabayawak, Gedebage kota Bandung, fotografer Sungsang Suprapto menggelar pameran Fotografi Burung Blekok di Herbal House by the Lodge Bandung.

Fotografer Sungsang Suprapto dalam Pameran fotografi burung blekok ini berkolaborasi dengan Habitat Foundation dan Herbal House by The Lodge dengan tujuan penggalangan dana untuk penelitian konservasi dan pengembangan eko wisata di kampung Belekok desa Ranca Bayawak , kota Bandung.

Menurut Toto sapaan akrab dari Sungsang Suprapto pameran fotografi burung blekok dengan tema ‘Look At My Crown’ ini juga untuk mengajak masyarakat luas agar lebih peduli dan mencintai lingkungan sekitar kita, lebih peduli dan menghargai keanekaragaman hayati yang kita miliki.

Sebelum menggelar pameran Fotografi, Toto mengungkapkan awalnya karena kesukaan dirinya hobi motret satwa khususnya burung.

“Lebih ke penyaluran hobi, lalu lama-lama lebih dekat ke masyarakat dan lingkungan disini, sehingga saya jadi ngobrol dengan tokoh masayarakat yang prihatin dengan kondisi kampungnya.

Populasi Burung Blekok Terus Berkurang di Kampung Rancabayawak, Sungsang Suprapto Gelar Pameran Fotografi Burung Blekok di Herbal House by The Lodge

Setelah mendengar curhatan dari masyarakat kampung Rancabayawak membuat Toto langsung
diskusikan dengan kawan-kawannya dari Habitat Foundation dan langsung dibuat pameran fotografi burung blekok.

“Saya ingin mencoba keprihatinan masyarakat tentang habitat burung blekok dan kuntul diwilayah bandung Timur. Kenapa mereka prihatin, karena wilayah tersebut sudah tergerus pembangunan perumahan sehingga tinggal tersisa 2,7 hektar yang masih belum diambil oleh perumahan. Kini di kampung Blekok tinggal menyisakan 2 rumpun bambu yang masih bertahan yang dijadikan habitat burung blekok tersebut, “ujar Toto yang juga seorang Dosen Desain Komunikasi Visual (DKV) disebuah kampus di jalan Jakarta kota Bandung.

Menurut Toto populasi burung kuntul di kampung Rancabayawak tiap tahun terus menurun.

Populasi burung kuntul pada tahun 2015 sekitar 3000-an ekor, sementara tahun ini hanya sekitar ratusan.

Populasi Burung Blekok Terus Berkurang di Kampung Rancabayawak, Sungsang Suprapto Gelar Pameran Fotografi Burung Blekok di Herbal House by The Lodge

Sebelumnya rumpun bambu sebagai tempat singgah dan rumah burung Kuntul masih ada 5 tinggal 2 rumpun bambu.

Sementara itu CEO The Lodge Group Henny Smith mengatakan Herbal House by the lodge sangat mendukung sekali program dari pameran burung ini, karena yang pertama selain awarrenes bahwa herbal houes ini juga untuk tema pameran-pameran kecil,dan event-event seperti ini.

“Jadi saya sangat mendukung sekali dan juga sangat peduli terhadap lingkungan, saya cocok dengan pameran ini sesuai dengan karakter Herbal House,” ujar Heni Smith disela-sela pembukaan pameran fotografi burung blekok.

Terkait dengan terancamnya habitat burung blekok, menurut Heni yang bergerak dari bidang wisata,kampung blekok ini bisa dijadikan destinasi wisata edukasi.

“saya melihat dari sisi wisata bahwa ini sebetulnya ini aspek yang sangat menarik , objek yang sangat menarik bahwa ini adalah destinasi wisata yang sangat menarik tentang edukasi dan lingkungan, “ujarnya.

Lebih lanjut Heni mengatakan, selain dari burung blekok ada juga makanannya (kuliner) dan budayanya.

“ini menarik banget bahkan bisa menjadi contoh yang baik bahwa wisata dikota pun dengan berdampingan dengan bangunan kota pun sangat oke. Masyarkat disitupun sangat respek dengan keberadaan burung-burung tersebut, beda sekali dengan kontradiksi bahwa kalau dikota tidak mau dan sebagainya. ini merupakan objek yang menarik sebagai tujuan wisata edukasi, “katanya.

Menurut Heni Smith yang juga menjabat sebagai ketua PUTRI (perhimpunan pengusaha taman rekereasi indonesia) dirinya coba melihat dulu dari kacamata pengusaha wisata apasih yang bisa dikembangkan disana.

“Tidak perlu yang besar juga, asal ada kesadaran masyarakat kita mungkin bisa membina dari homestay, karena yang saya dengar bisa lihat burung dari pagi hari dan sore hari. akan kita upayakan bikin toilet yang bersih atau tempat makan yang nyaman untuk melihat aktivitas burung tersebut, “bebernya.

Heni juga menegaskan, hal yang akan dilakukan yang pertama akan ada kunjungan.

“kita bisa bicara tentang konservasi dan keunikan masayarakat yang peduli terhadap lingkungan. lalu dari makanan kuliner, budaya, saya yakin kalau ini dijadikan tempat wisata akan dijaga oleh masayarakat karena ini menghasilkan nilai ekonomi, ” katanya.

Dengan begitu, Heni berharap selama 3 bulan pertama akan diobservasi terlebih dahulu, dengan hanya modal kecil, apalagi masyarakatnya sudah sadar, lalu akan dipromosikan dengan luas.

“saya juga akan ajak anak muda untuk partisipasi disini , supaya kesadarannya tidak hanya orang tua saja tetapi anak muda juga. Akan memperkenalkan ke dinas pendidikan sehingga akan menjadi tujuan pelajaran seperti biologi dengan konsep wisata edukasi, ” pungkasnya.

RELATED ARTICLES

Most Popular