Sabtu, Mei 4, 2024
BerandaBisnisStrategi Runhood Melejitkan Pelari Indonesia Lewat Konten Digital

Strategi Runhood Melejitkan Pelari Indonesia Lewat Konten Digital

Destinasi Bandung- Strategi Runhood Melejitkan Pelari Indonesia Lewat Konten Digital. Tren olahraga lari di Indonesia menunjukkan geliat positif dari waktu ke waktu, berkaca dari maraknya gelaran acara lari yang mencetak ribuan partisipan pelari setiap tahunnya. Di luar kompetisi lari resmi, aktivitas lari semakin banyak digeluti karena faktor kemudahan yang ditawarkan olahraga ini. Tidak hanya di kota-kota besar, kini pemerintah daerah pun telah memiliki kesadaran mempromosikan gaya hidup sehat kepada warganya dengan memfasilitasi program-program Car Free Day (CFD) yang sudah digelar di 22 kota di Indonesia.

Dampak yang paling terlihat adalah berkembangnya komunitas-komunitas lari berbasis daerah yang menyatukan individu peminat lari dari berbagai kalangan. Komunitas ini bahkan berperan cukup besar dalam menciptakan “inovasi unik” dalam berlari, misalnya komunitas lari gunung (trail running) dan komunitas lari malam yang banyak diikuti oleh karyawan.

Seiring meningkatnya komunitas lari di Indonesia, kebutuhan akan informasi yang relevan untuk mendukung pelari dalam memaksimalkan performa olahraga pun semakin dicari. Salah satu pengembang konten independen seputar olahraga lari, PT Kultur Lari Nusantara (Runhood) menilai kebutuhan akan informasi yang objektif dan lengkap yang spesifik membahas olahraga lari masih minim di Indonesia, berbeda dengan sepak bola dan badminton yang dianggap lebih populer. Dibangun sejak tahun 2015 oleh Adystra Bimo, Founder dan Fransiskus Kesuma, Co-Founder, Runhood didekasikan untuk memberikan informasi terkini terkait olahraga lari mulai dari dokumentasi kompetisi dalam dan luar negeri, ulasan produk, sampai diskusi dengan pelari profesional.

Adystra Bimo atau yang kerap disapa Dystra bukanlah sosok baru di dunia olahraga lari. Berawal dari sering membagikan pengalaman lari di kanal sosial pribadi, Dystra memutuskan untuk lebih serius memproduksi konten-konten lari secara masif dan luas dibawah nama Runhood Mag yang dapat menjaring lebih banyak audiens.

Dystra menilai olahraga lari memiliki banyak aspek pendukung, tidak terbatas pada teknik lari saja. “Selama ini, jika berbicara mengenai olahraga, umumnya orang fokus dengan teknik untuk meningkatkan kemampuan. Namun Runhood ingin mengangkat olahraga lari dari berbagai sudut pandang berbeda, agar memperkaya referensi penggemar lari dalam meningkatkan performa dan motivasi dalam berlari. Untuk itu, Runhood menyajikan konten yang variatif, mulai dari gearpendukung, rute dan lokasi, profil komunitas, serta cerita experience dari ajang lari di dalam negeri seperti Bali Marathon, Borobudur Marathon, Asian Games 2018 hingga kompetisi bergengsi di luar negeri seperti Tokyo Marathon dan London Marathon,” ujar Dystra.

Dinamika inilah yang menjadi potensi bisnis yang digali oleh Runhood. Dengan kombinasi kekuatan kreasi konten dan pengelolaan target pasar yang tepat, Runhood mampu menarik minat sponsor, brand, ataupun perusahaan untuk memberikan kontribusinya di ekosistem lari. Dystra mengaku optimis dengan identitas Runhood sebagai media yang spesifik mengangkat industri lari.

“Dari pengamatan kami, di tahun 2019 diperkirakan ada sekitar 340 event lari yang tersebar di lebih dari 20 kota di seluruh Indonesia, meningkat 300% dari tahun 2014 yang hanya sebanyak 102 event saja. Lewat tiga platform digital, Youtube, Instagram, dan Facebook, Runhood dapat berperan sebagai media partner yang mempromosikan penyebaran event tersebut sehingga membuka potensi partisipan yang lebih luas. Peranan ini tentunya dapat membuka kerjasama strategis antara Runhood dengan para penyelenggara event yang merupakan perusahaan dari berbagai industri, seperti perbankan, FMCG, dan sports brand sendiri,” ujar Dystra.

Potensi bisnis lainnya berasal segi konsumsi pelari terhadap apparel dan gear untuk menunjang aktivitas lari. Semakin tinggi komitmen pelari, semakin besar pula anggaran belaja yang dikeluarkan untuk produk-produk tersebut. Melihat persaingan sports brand yang kompetitif, Runhood menyadari perlunya informasi produk yang jujur dan mudah dipahami agar membantu pelari memilih perlengkapan pendukung yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Peluang ini kemudian menjadi kerjasama antara Runhood dengan berbagai sports brand ternama, di mana Runhood bertugas membuat ulasan produk tersebut lewat konten yang menarik. “Selain bermanfaat untuk penikmat lari, konten ini dapat menjadi insighttersendiri bagi para sports brand untuk menakar kesiapan pasar pelari Indonesia terhadap produk-produk yang sedang maupun yang disiapkan untuk dipromosikan,” ujar Dystra yang merupakan lulusan Master of Sports Management dari Université de Rennes 2, Perancis ini.

Bekal akademik di bidang manajemen olahraga mengantarkan Dystra untuk membangun ekosistem industri olahraga di Indonesia. “Industri olahraga di Indonesia sangat potensial untuk dikembangkan seiring dengan prestasi atlet Indonesia yang meningkat serta tumbuhnya kesadaran masyarakat untuk memiliki gaya hidup sehat. Di Indonesia, praktik sports marketing masih terbatas pada sponsorship dan endorsement dari brand kepada atlet atau klub. Namun umumnya parabrand belum memahami kekuatan dari klub atau atlet tersebut dalam merepresentasikan produk mereka, jadi hanya sebatas memanfaatkan ajang kompetisi sewaktu-waktu saja, misal saat momen Asian Games kemarin. Di sini lah diperlukan lebih banyak lagi dialog dengan para brand untuk mengelola strategi sports marketing agar para sports talentdapat mendukung aktivitas pemasaran produk dengan lebih baik,” tambah Dystra.

Untuk mencapai tujuan di atas, Runhood mulai melirik peluang diversifikasi bisnis di awal tahun 2018, yakni sports marketing agency. “Banyak sekali selling point yang bisa dieksplor di industri olahraga. Pada dasarnya olahraga sudah memiliki citra positif yang melekat sebagai aktivitas yang berdampak baik bagi kesehatan, dari sini pun sudah sangat kuat menjadi sebuah pesan pada konten. Berbekal pengalaman selama 4 tahun di industri ini, kami menawarkan solusi yang lebih lengkap untuk brand olahraga maupun non olahraga yang ingin melakukan sports marketing di Indonesia, mulai dari tahap perencanaan sampai eksekusi,” ujar Dystra.

Eksplorasi bisnis ini berhasil membawa Runhood ke milestone penting dalam bisnisnya, dimana dengan jumlah tim sebanyak lima orang, perusahaan ini mampu mencetak revenue lebih dari Rp 2 miliar di akhir tahun 2018.

Hingga tahun 2019, Runhood terus konsisten mengembangkan pengelolaan media daring yang fokus pada industri dan komunitas lari di Indonesia. “Runhood memiliki basis followers yang cukup besar di ketiga platform digital kami. Harapannya dengan semakin banyak konten dan informasi “out-of-the box” yang kami berikan, akan lebih banyak masyarakat yang memahami seluk beluk olahraga lari. Kedepannya semoga lari menjadi budaya dan gaya hidup sehat masyarakat Indonesia, Demikian industri lari di Indonesia akan semakin kuat dan mampu mengimbangi cabang olahraga populer lainnya,” tutur Dystra.

RELATED ARTICLES

Most Popular