Kamis, Mei 9, 2024
BerandaBisnisHarga Jagung Mahal, Peternak Ayam Rakyat Terancam Gulung Tikar

Harga Jagung Mahal, Peternak Ayam Rakyat Terancam Gulung Tikar

Destinasi Bandung- Harga Jagung Mahal, Peternak Ayam Rakyat Terancam Gulung Tikar. Setelah pemerintah Brasil memenangi gugatan terkait kebijakan Indonesia tentang impor ayam di Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), peternak bakal menghadapi persaingan sengit dengan ayam Brasil. Meskipun kalangan peternak mandiri ayam ras dalam negeri telah melayangkan penolakan terhadap ayam impor dari Brasil, hal tersebut dinilai tak bisa dihindari lagi.

Baru saja peternak ayam rakyat mulai bernapas, sekarang di pusingkan dengan harga pakan ayam yang mahal. Para peternak lokal ingin punya daya saing tetapi tidak boleh, mau efisien kok tidak boleh, gara-gara kasus Brazil yang di buka jadi isu sekarang bukan Bkarena daging Brazilnya ternyata, tetapi dari dalam negeri sendiri. Kemarin setelah di buka keran importnya harganya jauh lebih murah. Karkas Brazil masuk di harga 23 ribu per kilo. Dengan bea masuk pajak Margin importir dan rantai dagangnya mungkin bisa mencapai 31.500 HET nya.

Setelah ramai di media, Pemerintah akhirnya memberikan pajak dan hitungannya kalau mereka benar masuk sama belanja harga di pasar bedanya hanya 1500 saja. Namun isu kesehatan halal dan beberapa aspek lain menjadi pertimbangan konsumen akan membuat ayam brazil belum tentu laku di Indonesia. Dengan harga beda tipis. Saat ini importir importir indonesia belum tertarik untuk berbisnis disini. Belum menarik. Peternak masih bisa sedikit tenang.

Kalau belanja di pasar ibu-ibu membeli ayam 32 ribu, sedangkan ayam Brazil di harga 31.500 dan itupun beku. Sehingga kurang menarik bisnisnya. Kenapa brazil jadi lebih murah.

PR selanjutnya adalah menjaga hal ini tetap seimbang dan konsisten. Sedikit yang punya “sense of emergency” di industri ini. Kebanyakan pelakunya terutama peternak mandiri diluar perusahaan besar integrator, cenderung pemain pemain lama pengambil peluang peluang momen harga baik. Dan teriak teriak ke pemerintah ketika momen harga jelek. Ironis tapi realita. Semua dibiarkan begitu saja.

Menurut Wakil Sekjen Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat (Pinsar) dr Abbi Angkasa Perdana Darmaputra, sekarang ternyata ada masalah lagi yang lebih besar dari masuknya ayam brasil, sekarang peternak rakyat turun drastis dibanding dari tahun 2014 sekitar 45-50 persen di Indonesia, mereka punya koperasi, CV, PT, makin kesini muncul perusahaan-besar membuat kandang-kandang besar.

Ternyata sekarang peternak rakyat saingannya tidak hanya dari luar negeri, tetapi dari dalam negeri juga , mereka makin efisien, mereka mencetak HPP 1 dollar plus yang mirip dengan Brazil, sehingga mereka bisa bersaing dengan Brazil di harga masuk kepasar beda harganya bisa sampai 2000-3000 dengan peternak.

“Yang dipermasalahkan isu import, begitu di dalami ternyata ada di jagung. UU melarang import jagung secara Nasional, alasaan untuk memperbaiki petani jagung di Indonesia. Kenyataannya ternyata over demand sudah bertahun-tahun dari tahun 2015, ternyata pemerintah begitu menutup import jagung, imbasnya harganya menjadi mahal, harga jagung sekarang ini yang sudah jadi pakan ternak yang kita beli , harga setiap tahun pada bulan desember -februari pada saat musim hujan, hasil jagungnya menurun, sehingga mereka jumlahnya lebih sedikit, sementara permintaan meningkat, akhirnya harga jagung 30 persen lebih mahal dari pada harga internasional. Sekarang harga jagung Indonesia untuk pakan ternak yang termahal didunia,”ujarnya di Bandung, Kamis (5/3/2020).

Lebih lanjut Abbi mengatakan, Ternyata yang membanjiri ayam di pasar indonesia perusahaan besar dari Luar Negeri. Sekarang peternak lokal tingal 30 persen. Sampai ada peternak di jawa tengah ada yang gantung diri karena stress akibat pakan ternak yang mahal.

“Faktornya adalah pakan ternak. Bahan dasar pakan ternak adalah jagung, saat ini jagung impor dilarang masuk oleh pemerintah indonesia. Meskipun sebenarnya dibanyak pihak tahu dan mengerti. Jagung luar negeri, Terutama Brazil dan Argentina. Punya harga yang kompetitif. Jagung mereka membuat ayam mereka laku di seluruh dunia. Karena efisien berkualitas tinggi dan harganya sangat murah,”tegas Abbi.

Lebih lanjut Abbi menambahkan, bedanya sekitar 30 persen. Harga rata rata jagung brazil sampai ke Indonesia bisa 3500 sd 3700 on jakarta port. (Tidak bisa dijual. Karena regulasi pemerintah melarang impor jagung) vs harga jagung lokal 4300 terendah, rata-rata 4600 dan bisa sampai dengan 5300 di musim paceklik.

“Ironis, Semua orang mau efisiensi tapi tidak ada yang fokus kepada bahan dasar pembentuk efisiensi. Dan pembentuk daya saing. Pengalihan isunya banyak. Bahwa ayam Indonesia secara karkas tidak bisa dijual keluar negeri karena a b dan c . Dalihnya selalu residu antibiotik, dan lain-lain. Yang kenyataan lapangannya mudah diatasi. Kenyataan dari beberapa buyer internasional hanya simple saja, harganya mahal,”katanya.

Abbi berharap kepada pemerintah untuk memberikan akses terhadap import jagung,dan diawasi oleh pemerintah. karena disini pengepulnya menjual pakan dengan harga tinggi.

“Yang saya tahu ada darurat daya saing. Mengenai harga kita yang selangit di bahan baku. Dan skill serta kemampuan infrastruktur yang dibiarkan begitu saja. Mau sampai kapan diam ? Dan jadi kuli di lumbung sendiri ? Kuli jelas dibayar. Ini lebih parah, Kuli yang bisa merugi, Materil dan immateril,”pungkasnya.

RELATED ARTICLES

Most Popular